Welcome To Roofgames!

Reviewing, Playing and Creating Games
Follow Me

Ini dia game yang gak salah serunya, kamu cuma harus pandai dalam penepatan atau tepat ketika memasukkan bola kedalam ruang lingkaran yang dikelilingi oleh ring yang berputar.

Game ini diproduksi dan dikembangkan oleh SMG Studio yang sebelumnya telah merilis salah satu game hits terkenal yaitu One more line. Cara bermain pada game ini hampir sama dengan cara memainkan One More line.


Cara bermainnya, kamu sentuh bola yang dimainkan ketika lingkaran tidak ada ring yang menghalangi untuk masuk, dan seterusnya. Tapi ketika bola mengenai ring bola akan berpantul entah kemana sesuai ring nya, satu lagi bola akan hacur ketika  mengenai ring yang berduri.

Tantanganya kamu tidak boleh berdiam lama ketika ingin menerobos, ketika lebih dari 4/5 second bika akan meledak sendirinya, caranya agar tidak meledak tinggal pantulkan aja bolanya ke ring yang polos bukan berduri jika memang susah untuk menerobos masuk ke dalam lingkaran.


Jika kamu mau mencoba bisa download di playstore di bawah ini

Download (Play Store)

Berikut GamePlay-nya :




Bermain dengan mengaitkan objek pada beberapa titik, untuk membuat pola atau lingkaran dan mengkaitkannya lagi dengan titik lain, begitulah game one more line dimainkan. kamu akan menemukan banyak titik disana, untuk terus mengkait dan mengkait pada titik-titik yang ada.

Game ini diproduksi dan dikembangkan oleh salah satu developer game yang terkenal yaitu SMG Studio, yang juga membuat game yang gk kalah serunya yaitu one more dust (Berikut review game one more dash).


Cara mainnya, kamu akan memainkan suatu objek busur yang diikuti oleh garis-garis berwarna, seiring berjalannya bujur itu kamu harus bisa menghindari objek titik atau pusuk dengan cara menekan dan mengkaitkannya ke pusuk yang ada. 







saat kamu tekan busurnya, kamu akan berputar 360 derajat, untuk bisa terus berjalan ke atas kamu harus melepas bujur tersebut dan menekan kembali ketika ada satu pusuk/titik yang dekat dengan busur kamu saat busur tersebut berputar.


Tantangannya kamu harus menghindari dua tembok sisi kanan dan kiri, terutama saat kamu melepas busur yang sedang berputar atau berjalan mengenai tembok,





misi dari game ini, kamu harus mengkaitkan busur tersebut sampai yang paling terjauh.


game ini simple cuma seruu bangett kalo kamu udah coba, lumayan buat mengisi waktu kosong atau istirahat.


game ini Gratis tanpa bayar, kalo kamu mau download lewat Play store bisa langsung klik link dibawah ini


Download (Play Store)


Berikut GamePlay-nya :



Watch Dogs bercerita tentang kisah Aiden Pearce. Seorang kriminal yang melancarkan aksinya dengan memanfaatkan infrastruktur kota yang disebut ctOS. Dengan melakukan hack pada ctOS, Aiden dapat mencuri berbagai hal mulai dari uang, informasi, sampai akses ke berbagai hal terlarang. Sepak terjangnya ini menyebabkan dia menjadi buronan organisasi misterius yang akhirnya berakibat pada tewasnya keponakan dia.
Kejadian ini membuat Aiden memutuskan untuk mengejar dan membalaskan dendam pada orang-orang yang bertanggung jawab atas nasib keluarganya ini. Dari situlah petualangan kamu sebagai Aiden dimulai.
Watch Dogs memiliki tema yang sangat menarik, yaitu tentang pengawasan, teknologi, dan kriminalitas. Game ini memiliki potensi yang sangat besar untuk menjadi game dengan cerita yang unik dan penuh kritik sosial, tapi sering kali hal tersebut ditutupi dengan adegan aksi yang terlalu penuh testosteron.

Kalau diperumpamakan, rasanya cerita dalam Watch Dogs ini memiliki feel yang sama dengan cerita dari film seperti Swordfish ataupun Live Free or Die Hard. Kedua film tersebut memiliki tema teknologi informasi yang sangat kental. Banyak jargon-jargon yang berhubungan dengan dunia komputer dapat kamu temukan, tapi tetap saja kedua film tersebut adalah film laga yang menjual adegan baku tembak saja. Hal seperti itulah yang persis saya rasakan dalam cerita Watch Dogs.
Meskipun begitu, game ini memiliki sebuah feature unik yang sangat luar biasa. Sebagai Aiden Pearce, kamu memiliki kemampuan untuk meretas apapun, termasuk mencuri informasi dari orang-orang yang berkeliaran di kota Chicago.

Variasi unik dalam Watch Dogs juga saya temukan pada bagian multiplayer game ini. Kamu tidak akan menemukan feature multiplayer langsung layaknya game seperti Call of Duty. Di dalam game ini yang akan kamu temukan adalah saat-saat mengejutkan ketika pemain lain tiba-tiba muncul dalam permainanmu dalam wujud NPC lain dan mulai mencuri data dari karaktermu. Pada saat seperti inilah kamu harus main petak umpet menemukan pemain lain tersebut, lalu menghabisinya sebelum dia pergi.
Tidak sampai di situ saja, Watch Dogs juga mengizinkan kamu untuk bermain game menggunakan smartphone milik Aiden. Game yang bisa dimainkan pun sangat menyenangkan dan unik. Kamu bisa menemukan game seru dengan gameplay dan visual layaknya Carmageddon, game yang mengizinkanmu untuk mengendarai tank berbentuk laba-laba, sampai ke game yang akan mensimulasikan keadaan saat kamu tripping dan berhalusinasi dengan melompati bunga-bunga. (source:id.techinasia.com)
Berikut Trailer GamePlay nya :

Ori and the Blind Forest merupakan game indie besutan Moon Studios yang terdiri dari tim beranggotakan sedikit orang dan tersebar di seluruh penjuru dunia. Game ini mengusung genre Metroidvania, jadi kamu akan disajikan dengan dunia 2D yang memiliki peta sangat luas serta jalur yang tidak terlalu linear untuk dijelajahi. Selain Metroidvania, Ori and the Blind Forest juga memiliki unsur RPG di mana kamu bisa mengumpulkan semacam energi yang nantinya bisa digunakan untuk menambah kemampuan baru untuk karaktermu, seekor makhluk dari cahaya berwujud hewan unik bernama Ori.

Layaknya banyak game bergenre Metroidvania lainnya, Ori and the Blind Forest bisa dibilang memiliki tingkat kesulitan yang sangat tinggi. Kesulitan dalam game muncul dalam wujud musuh yang bervariasi dan tidak bisa dianggap remeh, desain level yang betul-betul memaksimalkan kemampuan karakter dan pemain, serta penempatan checkpoint yang cukup kejam.


Untuk urusan penempatan checkpoint, Ori and the Blind Forest memiliki fitur unik yang jarang dapat kamu temukan di game lain pada umumnya. Di sini kamu harus menciptakan checkpoint kamu sendiri menggunakan energi dalam game (tenang, ini bukan game free-to-play di mana energi diperjual-belikan tanpa tahu malu). Checkpoint bernama Soul Link ini akan berfungsi menjadi tempat kamu melakukan save, menaikkan level Ori, serta tempat kamu akan bangkit lagi jika kamu mati. Jika kamu termasuk gamer yang tidak rajin membuat Soul Link, bersiap-siaplah untuk stres ketika Ori kehabisan nyawanya karena kamu harus mengulang game dari titik yang cukup jauh.


Lalu apa lagi hal orisinal yang bisa kamu temukan di Ori and the Blind Forest? Sayangnya sistem Soul Link sebagai checkpoint adalah satu-satunya hal yang saya anggap berbeda dari game lainnya. Selain itu Ori and the Blind Forest tidak menyajikan hal yang baru. Jika kamu sering bermain game dengan sudut pandang side-scrolling, besar kemungkinan hampir semua yang ada di Ori and the Blind Forest pernah kamu rasakan di game lain.



Selain itu ada dua hal yang sangat tidak saya sukai dari Ori and the Blind Forest. Pertama adalah fakta bahwa game ini tidak memiliki fitur fast-travel sama sekali. Ori and the Blind Forest memiliki peta yang sangat besar dan seru untuk dijelajahi, tapi melewati jalan yang sangat jauh hanya untuk mengambil sebuah rahasia yang tertinggal, jelas akan menjadi sebuah pengalaman yang sangat membosankan. Kedua adalah bagaimana game ini tidak mengizinkan kamu untuk kembali ke area-area tertentu, sedangkan mengumpulkan power-up yang tersebar di game merupakan salah satu elemen utama dari game ini. Hal ini semakin diperparah dengan game yang tidak mengizinkan kamu untuk melanjutkan permainan setelah tamat.


Melihat keluhan-keluhan saya akan game ini, kamu mungkin berpikir kalau Ori and the Blind Forest adalah game yang buruk. Jangan salah, Ori and the Blind Forest merupakan sebuah game yang fantastis. Tapi cukup sulit untuk membahas kelebihan gameplay game ini dengan banyak karena, seperti yang saya singgung di atas, elemen-elemen gameplay yang ada di Ori and the Blind Forest tidak bisa dibilang orisinal. Meskipun begitu, di setiap fitur-fitur tidak orisinal yang ada di game ini, Moon Studios memolesnya dengan begitu baik sehingga menyajikan sebuah pengalaman yang berkualitas.(source:http://id.techinasia.com/)

Berikut GamePlay nya :


Dragon Age: Inquisition akan melanjutkan event yang digambarkan dalam novel pendukung Dragon Age: Asunder, dimana perang saudara antara pihak yang setia dengan Empress yang berkuasa, melawan kelompok bangsawan, pecah di  Orlais. Bersamaan dengan itu, Circle of Magi juga memberontak, pasca event dari Dragon Age II, dan  Templar Order yang memisahkan diri dari Chantry pun juga mengobarkan perang mereka sendiri melawan para mage.

Dikisahkan, sebuah peristiwa telah membawa Thedas menuju kekacauan. Para naga pun kini membuat dunia semakin kelam dan memberikan teror bagi negara yang selama ini dikenal damai. Para penyihir pun terlibat dalam peperangan besar melawan Templar yang memusuhi mereka. Kali ini, tugasmu sebagai Inquisitor yang baru dibentuk adalah menyelesaikan kekacauan yang terjadi ini bersama kelompok hero di bawah pimpinanmu, baik melalui langkah politik atau pertarungan, dan semua pilihan keputusan yang kamu buat akan mengubah dunia itu selamanya. Kalian butuh tidak sekadar pedang saja, namun juga lidah yang tajam untuk sukses.



Sebagian besar impresi DA: Inquisition sebelumnya merupakan versi konsolnya. Dan kurang sebulan sebelum gamenya dirilis 18 November yang akan datang, BioWare memberikan demo seperti apa versi PC game ini, sekaligus spesifikasi minimal untuk memainkannya. Tentu saja kontrol akan berbeda dengan versi konsolnya. Developer sudah menyesuaikan untuk kendali mouse dan keyboard, opsi untuk nge-tweak visual dan interface-nya, dan tentu saja, resolusi 4K serta dukungan AMD Mantle (alternatif Direct3D and OpenGL untuk platform AMD). Mereka juga merilis screenshot pertama versi PC-nya, yang menampilkan seperti apa HUD selama permaian.



Karakter dalam versi PC ini bisa kalian kendalikan menggunakan tombol WASD, mengaktifkan skill menggunakan tombol dari action bar keyboard, ganti karakter dengan meng-klik fotonya, ganti ke Tactical View dengan scroll ke belakang mouse wheel, dan kami mendapatkan perpektif area pertarungan dari atas. Dengan tampilan tersebut, kita bisa bebas memikirkan taktik dan strategi untuk mneyerang. Seperti dengan menempatkan posisi rogue lebih tinggi dari musuh ketika menyerang, bakal menghasilkan damage lebih besar. Untuk itu, bisa juga class yang lain men-taunt musuh agar mereka bergerak ke posisi yang pas agar mudah dihantam para rogue.



Versi PC ini memberi kalian kendali penuh atas visual dan bagaimana game tersebut terlihat pada sistem, cukup wajar mengingat BioWare sebelumnya memang dikenal sangat loyal kepada para gamer PC. Kalian bisa melihat video di bawah mengenai tanggapan bagaimana mereka selama mengerjakan versi PC ini.

Berikut Gamplay nya :


Sebuah ironi memang melihat sebuah franchise yang di masa lalu, disebut-sebut sebagai akar popularitas genre survival horror justru berkembang menjadi sebuah game yang lebih pantas disebut sebagai game action. Benar sekali, kita tengah membicarakan Resident Evil. Tidak mengherankan jika kondisi seperti ini akhirnya mendorong sang otak di balik franchise ini – Shinji Mikami yang sudah hengkang dari Capcom untuk melemparkan reaksi keras. Tidak dalam bentuk umpatan atau pernyataan tertulis, tetapi lewat sebuah karya lain yang begitu diantisipasi – The Evil Within. Bersama dengan studio barunya – Tango Gameworks dan bernaung di bawah bendera Bethesda, Mikami ingin mengembalikan identitas genre survival horror itu sendiri.

Anda yang sempat membaca preview kami sebelumnya tentu saja sudah punya sedikit gambaran akan apa yang ditawarkan The Evil Within ini. Berangkat dari rasa paranoia bahwa kami mungkin tidak akan cukup berani untuk menikmati game yang satu ini, The Evil Within ternyata tidak semenyeramkan yang kami bayangkan, apalagi jika dibandingkan dengan game-game horror yang tidak memungkinkan Anda untuk melakuan perlawanan seperti Oulast atau P.T. Resource yang terbatas memang senantiasa membuat Anda merasa berada di ujung tanduk, namun tidak lantas “merebut” sensasi kontrol atas nasib Anda sendiri. Jika Mikami ingin menciptakan sebuah game yang benar-benar mengusung genre survival horror, maka impresi pertama yang ia tawarkan pantas menyandang predikat tersebut


Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh The Evil Within ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah kenikmatan survival horror klasik? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.

Darah, kematian, dan kasus pembantaian besar-besaran di Rumah Sakit Jiwa Beacon di kota Krimson akhirnya mendorong detektif handal, sekaligus sang tokoh protagonis utama – Sebastian “Seb” Castellanos untuk keluar dari “sarang”-nya. Bersama dengan dua orang partner utamanya – Joseph dan Julie, Seb menemukan kondisi rumah sakit jiwa yang penuh dengan mayat dan darah, yang tidak bisa dijelaskan secara rasional. Investigasi ringan yang ia lakukan mempertemukan Seb dengan sosok karakter misterius dengan wajah yang mulai hancur lewat kamera keamanan. Tidak hanya sosoknya yang mengancam, karakter ini juga bergerak tidak seperti manusia biasanya. Cepat, mematikan, bahkan Seb yang terhitung veteran tak punya kesempatan untuk melakukan apapun. Si karakter misterius ini membuat Seb jatuh pingsan.


Tidak sadarkan diri untuk waktu yang cukup lama, Seb terbangun dengan kondisi yang bahkan lebih absurd dibandingkan sebelumnya. Ia terperangkap di sebuah ruangan menyeramkan yang berisikan sosok raksasa kanibal yang tengah memotong-motong tubuh tanpa ampun. Bergerak sembunyi-sembunyi sembari berusaha memastikan diri selamat, Seb ternyata harus berhadapan dengan para monster yang siap untuk menghabisi nyawanya – The Haunted. Di tengah perjalanan inilah, Seb menemukan fakta bahwa ia ternyata bukanlah satu-satunya orang yang selamat dari mimpi buruk ini. Ia juga bertemu dengan seorang dokter dari rumah sakit yang sama – Marcelo Jimenez yang tengah berusaha mencari sang pasien penting bernama Leslie Withers. Berhasil keluar dari rumah sakit ini, ia bahkan berhadapan dengan kejadian yang lebih mengejutkan.(source:http://jagatplay.com/)


Penasaran dengan lanjutannya, kamu bisa mainkan game ini.
Berikut untuk GamePlay nya :



Memanjat gedung dengan kemampuan akrobat yang mustahil, membunuh para penjaga yang hanya melakukan pekerjaan mereka demi menafkahi keluarga, memecahkan teori konspirasi yang terbentang selama ribuan tahun, serta tetap terlihat keren meskipun dengan tudung yang menutupi separuh wajah. Hal-hal tersebut adalah esensi utama dari setiap seri Assassin’s Creed yang tidak bosan-bosan dirilis oleh Ubisoft secara rutin setiap tahun. Bahkan tidak tanggung-tanggung Ubisoft tidak hanya merilis satu Assassin’s Creed tahun ini, tapi dua sekaligus. Itu masih belum termasuk berbagai spin-off untuk mobile atau game yang berbasiskan web.

Meskipun dikuras habis-habisan, seri ini tetap saja menjadi seri yang paling populer dari raksasa game seperti Ubisoft. Jadi tidak mengherankan jika mereka tidak akan berhenti dan terus bersemangat untuk menguras habis-habisan nama dan dunia fiksi Assassin’s Creed. Untuk tahun ini, Ubisoft menjagokan Assassin’s Creed Unity sebagai tiang utama seri Assassin’s Creed di tahun 2014. Setelah melalui promosi dan marketing besar-besaran, apakah Assassin’s Creed Unity mampu membuktikan kualitasnya sebagai game yang bisa membuat seri yang rilis setiap tahun ini tetap menarik untuk dimainkan? Cek ulasan lengkapnya di bawah.



Salah satu hal yang menjadi nilai jual utama dari seri Assassin’s Creed adalah cerita. Setiap game dari seri ini selalu memiliki pola dan tema yang sama, yaitu tentang konspirasi di dunia modern yang dikuasai oleh Templar dengan kedok sebuah perusahaan raksasa bernama Abstergo. Peran kamu di seri ini adalah sebagai Assassin yang merupakan musuh bebuyutan dari Templar.

Selain menggambarkan secara sepintas konflik antara Assassin dan Templar di dunia modern, Assassin’s Creed juga populer karena menggambarkan kejadian-kejadian bersejarah yang dicampur dengan kisah fiksi ala seri ini. Berbagai teori konspirasi serta penyisipan tema Assassin dan Templar dengan apiknya Ubisoft sematkan dalam berbagai seri Assassin’s Creed yang telah dirilis.


Untuk Assassin’s Creed Unity, kamu akan disajikan dengan perseteruan antara Assassin dan Templar dengan latar belakang revolusi Perancis. Di sini kamu akan bertemu dengan beberapa tokoh ternama di balik revolusi ini seperti Napoleon Bonaparte. Sayangnya, berbeda dengan Assassin’s Creed II yang juga mengenalkan banyak tokoh populer ternama seperti Leonardo Da Vinci dan membuatnya menjadi bagian penting dalam game, tokoh-tokoh seperti Napoleon atau nama-nama yang populer bagi peminat sejarah Eropa berperan sangat kecil di Assassin’s Creed Unity. Seakan-akan kehadiran mereka hanya bermanfaat untuk fan-service saja.


Kurangnya porsi karakter sejarah ini dibayar dengan dalamnya hubungan antara Arno Dorian, karakter utama yang kamu kendalikan, dengan kekasihnya yaitu Élise de la Serre. Kedua karakter ini merupakan dua sejoli yang sangat mengingatkan saya akan Romeo dan Juliet. Meskipun saling mencintai satu sama lain, hubungan mereka cukup kompleks karena Arno adalah seorang Assassin, sedangkan Élise adalah seorang Templar.


Konsentrasi ke bagian roman ini merupakan angin lumayan segar untuk seri Assassin’s Creed, mengingat di game sebelumnya kisah roman antara karakter utama dengan pasangan mereka tidak ditelusuri dengan cukup dalam. Walaupun akan lebih baik lagi seandainya kisah antara keduanya ini tidak perlu ditelusuri dengan mengorbankan bagian historis dan konspirasi yang selalu menjadi nilai jual utama Assassin’s Creed.(source:http://id.techinasia.com/)

Berikut Trailer Game nya :


Evolve merupakan Developer game dari serial Left 4 Dead , tidak beda jauh geme ini dimainkan oleh 4  vs 1 player. Turtle Rock Studios pertama kali mengkonfirmasikan Evolve, sebuah game first-person shooter bertema fiksi ilmiah yang mengandalkan gameplay koperatip kompetitip. Game multiplayer 4-vs-1 ini sendiri akan dirilis 10 Februari 2015 mendatang untuk Xbox One, PS4 dan PC, meskipun sebelumnya sempat ditunda rilisnya.

Evolve dari awal dikebangkan sebagai game koperatip dimana empat pemain yang berperan sebagai Hunter memburu seorang / seekor Monster alien yang dikendalikan oleh pemain kelima (konsep 4 vs 1 tersebut makin banyak diterapkan, dengan yang terbaru melalui game action survival lainnya. Bedanya itu tadi, ada pemain yang mengendalikan kubu lawan, dan membuat keseluruhan gameplay-nya asimetris, atau beberapa pemain bisa memainkan game tersebut bersama-sama dengan cara yang berbeda. Untuk pengalaman asimetris tersebut memang dibutuhkan koneksi internel, atau semua pemain harus online. Namun kalian tetap bisa memainkannya secara offline dimana satu pemain solo berkompetisi melawan musuh yang dikendalikan komputer. Lihat video di bawah bagaimana kalian bisa bermain offline.



Kedua kubu hunter dan monsters dibekali ability yang khas untuk peran mereka masing-masing selama permainan. Pemain yang mengendalikan monster bisa menghabisi makhluk kecil lainnya untuk berevolusi dan menjadi kuat, melalui proses bertahap, seperti harus berubah menjadi kepompong, dan membuat mereka menjadi tidak berdaya serta rentan diserang hunter untuk sementara waktu. Bakal ada empat monster yang bisa dilawan / dimainkan nantinya (dan seharusnya akan terus bertambah melalui DLC), yaitu  The Goliath, Kraken, Wraith (baru dikonfirmasikan pertengahan Desember 2014 lalu,) dan yang terakhir diumumkan pekan lalu, yaitu monster keempat Behemoth, yang awalnya hanya tersedia sebagai bonus untuk mereka yang memesan awal “Monster Expansion Pack” . Behemoth bakal dirilis terisah pertengahan tahun ini dengan harga US $15, atau sekitar Rp. 190 ribuan.



Sepaket dengan Behemoth, Turtle Rock Studios juga memberi tambahan pada siapa pun pemesan awal game ini (buka tautan ini untuk memesan awal) bakal mendapatkan karakter DLC gratis dan skin Savage Goliath . Turtle Rock Studios dan 2K Games sempat menggelar fase alpha 31 Oktober 2014 lalu. Rencananya hanya 3 hari saja, namun molor sampai 4 November karena pemain PS4 baru bisa mengaksesnya mulai tangga 2 November.

Berikut GamePlay nya :


Sunset Overdrive, merupakan game terbaru buatan Insomniac Games, game tembakan ini berbeda dengan game yang sejenis. kamu harus banyak gerak untuk memainkannya, entah bergelantungan, berlali-lari, pokoknya kamu gak ada waktu untuk diam. menggunakan tampilan warna yang mencolok dan suara yang kece abisss.




Game ini mengisahkan mengenai kekacauan di sebuah kota akibat penduduknya yang berubah menjadi monster / mutant mengerikan akibat kebanyakan / overdosis meminum minuman energi disebut Overcharge Delirium XT.



Ohh iya gamenya juga akan di buat ke dalam versi PC dan PS4.

Berikut Trailer GamPlay nya :


The Crew akan membuat kamu menjelajah seluruh Amerika dalam mode balapan yang berbeda. Dan saya sedang tidak membicarakan tentang time trial, knock-out atau mode lainnya yang umum kamu temui. The Crew akan mengajak kamu untuk mencoba berbagai jenis tipe balapan dengan spesifikasi mobil yang berbeda. Kamu bisa balapan di dalam kota dengan menggunakan spec street, sedikit off-road dengan menggunakan spec dirt, atau jika kamu suka balapan di sirkuit maka akan ada spec circuit. Jika RPG mempunyai class untuk masing-masing fungsi maka The Crew mempunyai 5 spec yang cocok untuk digunakan dalam menjalani misi demi misi.

Tentu saja ini bisa menjadi mimpi buruk atau sebaliknya. Jika kamu membenci aksi off-road, melewati hutan, atau melompati tanjakan dan mendarat dengan keras dengan mobil bagus kamu maka kamu akan tersiksa di sini. The Crew akan memaksa kamu untuk mencoba berbagai aksi balapan, masing-masing tidak terlalu dalam dan detail (contohnya kita bandingkan balapan sirkuit di The Crew dengan katakanlah Drive Club). Secara pribadi saya menyukai variasi ini walaupun kamu harus benar-benar berlatih menggunakannya mobil dengan spesifikasi berbeda.



The Crew mempunyai cerita yang nampaknya diambil dari sebuah seri TV, map yang sangat luar biasa luasnya, tipe mobil dan balapan yang berbeda, serta sistem leveling yang mirip dengan RPG. Tidak terdengar buruk sama sekali, namun ini bukanlah akhir dari ulasan ini. Begitu The Crew sudah memamerkan fitur-fitur yang dipunya, game ini mulai kewalahan dan menghancurkan dirinya sendiri dengan berbagai kekurangan yang vital.


Setelah bermain beberapa jam dan cukup mengerti bagaimana cara kerja The Crew, saya mulai semangat untuk melakukan co-op mission dengan pemain lain untuk mengejar seorang target. Saya nyalakan fitur co-op dan saya tidak pernah mendapat teman bermain selama 1 minggu penuh. Ini karena ketika saya bermain saya biasanya juga hanya melihat 3 sampai 4 orang lain yang sedang bermain di sebuah sesi yang sama. Level mereka sangat bervariasi sehingga sangat sulit untuk menjalankan sebuah misi secara bersama.

Mode PvP antara geng pun tidak jauh berbeda. Menunggu 8 pemain untuk datang dan bermain bisa menghabiskan waktu antara 2 menit (langka) sampai dengan 1 hari penuh. Jika The Crew adalah sebuah MMO maka ini jelas ada yang salah di sini. Jikapun saya bertemu dengan orang lain yang masih setara maka mereka akan mengambil ancang-ancang dan menabrak kamu dengan keras dari belakang. Biasanya saya akan membalas hal ini dan 30 menit berlalu dihabiskan untuk saling tabrak-tabrak di kota dengan pemain lain. Seru tapi bodoh.



Hal terakhir yang membuat The Crew menjadi pengalaman bermain yang terlalu campur aduk adalah AI yang bodoh. Maksud saya adalah sang developer tidak bisa membuat AI yang cukup pintar untuk mengimbangi manusia sehingga mereka melakukan kompensasi dengan membuat AI lebih cepat dan gesit. Di balapan normal kamu bisa menyenggol mobil mereka sampai berputar, namun 10-20 detik kemudian mereka sudah berada tepat di belakang kamu. Atau dalam misi kabur, kamu bisa langsung berputar 180 derajat ketika pengejaran di mulai, mengambil jalur sempit, dan 30 detik kemudian misi selesai. Untungnya tidak semua misi yang ada bisa diselesaikan dengan cara ini namun tetap saja tidak memberikan rasa konsistensi yang baik. Setelah kamu keluar dari bengkel dengan cat dan modifikasi yang mantap, kamu tetap bisa dikalahkan dengan mobil Mini Cooper polos yang nampak baru keluar dari dealer.(source:http://id.techinasia.com/)



Sayangnya The Crew hanya bisa dimainkan secara online, jadi apaboleh buat kamu harus mempunya koneksi sendiri.

berikut Trailer GamePlay nya :


DreadOut Act 2 melanjutkan cerita sebelumnya dari DreadOut Act 1, yaitu sesaat setelah Linda berhasil keluar dari sekolah berhantu. Tujuanmu masih sama dengan Act 1 juga yaitu kamu harus mencari teman-temanmu yang lain dan pergi dari tempat terkutuk tersebut. Dari masalah cerita, DreadOut Act 2 hanya memberikan kesimpulan yang selama ini kamu nantikan. Tetapi, jangan berharap kesimpulan tersebut bisa kamu perkirakan dengan semudah itu karena ending dari game ini mungkin juga sulit untuk langsung kamu cerna.

Seperti Act 1, DreadOut Act 2 memberikan sebuah pengalaman horor yang sangat Indonesia dan mencekam. Setiap desain level yang diperlihatkan serasa memberikan getaran mistis dan terasa lebih berani bereksperimen dibanding bagian pertamanya. DreadOut Act 2 kali ini tidak hanya menunjukkan level dalam ruangan saja, tapi kamu juga akan menemukan di luar ruangan. Hal ini juga menyebabkan Act 2 dari DreadOut memiliki atmosfer yang lebih berkesan karena kamu akan benar-benar merasa ada di beberapa tempat yang berbeda.


Secara umum, dengan perubahan yang seperti demikian, Act 2 dari DreadOut membuat game horor ini terasa lebih luas dan sekaligus memberikan gambaran yang lebih jelas mengenai dunia dalam game tersebut. Tambahan hantu yang akan mengisi Ghostpedia milikmu juga akan semakin membuat permainan mencekam. Beberapa hantu yang diambil langsung dari mitos dan legenda Indonesia membuat game ini terasa familier begitu dimainkan.

Beberapa momen dalam game ini juga sangat membuat bulu kuduk merinding. Ini disebabkan dialog yang cukup “mengganggu”, sudut pandang kamera yang mungkin akan membuat beberapa orang malas bermain (karena seram), serta penampilan karakter yang dibuat sangat tidak manusiawi. Selain itu ada pula beberapa hal menarik seperti detail-detail kecil yang membuat game ini terasa mengambil referensi dari berbagai hal yang kita sudah ketahui sebagai orang Indonesia.


Gameplay Yang Sama, Namun Dengan Sedikit Tambahan


Keseluruhan DreadOut Act 2 memiliki gaya permainan yang sama persis dengan Act pertamanya. Kamu akan dipersenjatai dengan kamera smartphone yang bisa digunakan untuk mengusir hantu yang bergentayangan di sekitarmu. Perbedaannya, kali ini kamu nantinya juga akan bisa menggunakan kamera SLR yang memiliki fungsi zoom. Sangat berguna untuk ‘menembak’ hantu dari jarak jauh. Kamera tersebut memang memberikan variasi, namun gameplay masih tetap sama secara keseluruhan.

Satu hal yang membuat saya tidak nyaman ketika memainkan game ini adalah kontrol kamera yang sangat kaku. Pergerakan kamera entah dari yang memperlihatkan karakter hingga yang memperlihatkan apa yang ada di depan lensa kamera smartphone masih belum terasa enak untuk digunakan.



Teka-teki tetap akan kamu temui dalam Act 2 dan seringkali masih membingungkan. Meskipun demikian, teka-teki yang disediakan masih bisa dimengerti bila kamu mau untuk sedikit mengeksplorasi daerah yang tersedia dalam game ini. Selain itu, beberapa hantu yang kamu hadapi juga memiliki porsi teka-tekinya sendiri karena kamu harus mencari cara tertentu untuk mengalahkan hantu tersebut. Namun bagi pemain baru, saya rasa kamu akan merasa cukup frustrasi di bagian teka-teki karena petunjuk sangat sulit untuk ditemukan.

Di luar semua hal yang sudah kamu temui, kamu akan menemukan beberapa playable cutscene yang membuat Act 2 terasa berbeda dibanding Act pertamanya. Sayang beberapa playable cutscene ini tidak didukung kualitas efek suara yang baik. Kualitas animasi juga kadang tidak konsisten yang membuat pengalaman yang seharusnya seram malah menjadi lucu. Tapi secara keseluruhan, ada sedikit perkembangan yang baik dibanding Act pertama dari DreadOut.

DreadOut Act 2 terasa belum dioptimisasi dengan baik. Di awal permainan, lag akan sangat terasa serta kualitas tekstur dan model masih terasa kasar, sama seperti Act sebelumnya. Padahal secara konsep visual, DreadOut memiliki kualitas yang sangat baik, terutama untuk Act 2. Konsep yang tidak didukung dengan kemampuan teknis ini agaknya mengurangi kenikmatan jantung yang berdegup ketika hantu mulai datang menghampirimu.

Selain hantu, bug juga merupakan hal lain yang akan menghampirimu. Beberapa kali saya menemukan bug yang membuat game menjadi lucu seperti kamera yang dipegang Linda menjadi melayang. Hal ini pastinya tidak disengaja, namun saya masih menyayangkan hal tersebut terjadi.


Kesimpulan
DreadOut Act 2 adalah sebuah tambahan yang saya rasa cukup ditunggu-tunggu penggemarnya. Dengan konklusi dari cerita yang kamu saksikan di Act pertama, rasanya tidak ada alasan untuk tidak mencoba Act 2 dari DreadOut ini. Walaupun masih terbatas di masalah teknis, DreadOut Act 2 berhasil memberikan sebuah pengalaman yang menegangkan.

Jika kamu mau mendukung industri game di Indonesia, tidak ada salahnya untuk membeli game yang satu ini, bukan? Lagipula kalau kamu sudah pernah membeli DreadOut Act 1 sebelumnya, kamu akan mendapatkan Act 2 secara gratis.
source:http://id.techinasia.com/



Avaibel on Steam


Siapa yang udah nonton filmnya??? pasti udah gak sabar nunggu gamenya juga, terutama para pencinta game.

Mad Max : Fury Road ini adalah game yang dibuat melalui film dengan judul yang sama, dari filmnya aja udah keren bangett.. dan pastinya gamenya juga bakal keren beuttt...

sepertinya plot ceritanya juga bakal sama seperti filmnya, kalo gak kita tunggu aja informasi selanjutnya dari developernya.

game ini masih dalam proses pembuatan.
game Mad Max : Fury Road akan dirilis pasa tanggal 3 september 2015

Berikut Trailer GamePlay nya :



Mad Max: Fury Road game in the works, according to director George Miller

When I was 14 years old, I sat down on a Sunday and watched two films back to back: Mad Max, and Akira. I lay awake that night until 4am, in a cold sweat, convinced there would be some kind of apocalyptic scenario which would result in everyone furiously driving fast cars and motorbikes.

Both films would prove instrumental in the games that followed - Fallout's dusty vision of a radiated America seems particularly inspired by Mad Max, minus the vehicular combat. Max is returning to the cinema screens in Fury Road, and during this very interesting interview with Australian Financial Review - linked by Kotaku - director George Miller says he wants to do a Mad Max game, too.

“After resisting the impulse for years, and watching imitators clean up, Miller is now finally going to make Mad Max, the game,” says the article. The game was originally going to be made in Sweden (we guess Just Cause 2 developers Avalanche Studios would be the perfect fit) until Miller met LA Noire creator Brendan McNamara, who seems to be working on the game.

Unlike many directors, the 66-year-old Miller seems to have a firm understanding of the games industry, and how mutually beneficial it can be to the film industry. “It's four-dimensional storytelling,” Miller said. “A game can literally become the equivalent of a novel. That is the thing that people like me who write screenplays envy about novelists: that you can actually stop time and explore little cul de sacs. Whereas in a movie, you'd love to stop and examine that character, but you can't.”

More specific details on how a Mad Max game would work haven't been announced yet, but there's a massive amount of potential in the franchise. McNamara's work on The Getaway should ensure the car chases are fun and furious, and Miller's involvement will make the game narratively sound. Fury Road is shooting at the moment , with British actor Tom Hardy filling Max's leathery boots. There's also a Mad Max animated film also in the works, and, in a way that wraps this piece up nicely, Miller's cited Akira as an influence for the animation. (http://www.pcgamer.com/)

Formulir Kontak

Nama

Email *

Pesan *

Translate

Join The Team